Perkembangan zaman telah mengalami era baru yang disebut era revolusi industry 4.0. Internet Of Things yang merupakan ruh di era...
Perkembangan zaman
telah mengalami era baru yang disebut era revolusi industry 4.0. Internet
Of Things yang merupakan ruh di era ini mengkondisikan manusia secara
personal dan komunal sangat bergantung kepada dunia digital. Era tersebut
sangat popular untuk saat ini dan sering ditulis setiap literature dan insan akademis.
Sehingga membuat orang-orang millennial bahkan penerus selanjutnya didorong
untuk melakukan pikiran kritis dan secanggih digital dalam melakukan
tindakan-tindakan akurat untuk menginternasional yang membumi seluruh pelosok
negeri. Kita dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman yang sudah sangat
canggih seperti sekarang ini. Begitupun dengan organisasi HMI, para kader
diharapkan mampu melek digital dalam melakukan peranannya sebagai seorang
kader.
HMI adalah organisasi
perjuangan, seperti itulah HMI dikenal oleh para kadernya. Organisasi tersebut
merupakan organisasi mahasiswa yang tertua karena telah didirikan pada tanggal
5 Februari 1947. Tepat setelah dua tahun merdeka HMI sudah berdiri. HMI sangat
penting peranannya dalam kemajuan bangsa Indonesia. Untuk itu, perlu adanya
perubahan-perubahan yang progresif dan signifikan. Kader harus berperan aktif
dalam menghadapi era revolusi industry 4.0 yang sedang berkembang pesat saat
ini demi kemamuran bangsa. Bahkan saat ini beberapa Negara seperti Jepang dan
China sudah memasuki era revolusi industry 5.0. Bagaimana dengan Negara
Indonesia yang terkenal kaya akan sumber daya alam (SDA)?
Dalam mengelola sumber
daya alam yang baik, kita memerlukan sumber daya manusia (SDM) berkualitas
tinggi pula. Fenomena era revolusi industry 4.0 memingatkan kita bahwa kekuatan
fisik akan semakin tersisih dengan kekuatan mental dan intelektual. Potensi
kader untuk menjadi pribadi yang unggul tidak hanya mementingkan ketahanan
fisik saja. Salah satu kader yang akan menjadi juara (to be champion) mampu memiliki ketahanan fisik dan kecerdasan
emosional dan intelektual agar seimbang. Mengingat era kita yang menuntut
potensi manusia yang bernafsu membangun perubahan progresif dan signifikan. Era
industy ini melahirkan tekanan-tekanan secara social, politik, ekonomi,
emosional dan kebudayaan, dimana kader unggul secara mutu yang akan menjadi
pemenang (the winner) dan yang lemah
akan menjadi pecundang (the loser).
Peran mahasiswa
terutama kader HMI sebagai organisasi
pembelajaran pada era teknologi informasi berguna untuk meningkatkan kualitas
SDM. Peningkatan pengkaderan dalam aktualisasi diri menuju jenjang professional
sangat dibutuhkan. Proses kader dalam mentransformasikan diri dirangkum menjadi
“Insan Cita” yang didapatkan di HMI diharapkan mampu membuat sinergi antara
insan akademis dan aktivis. Pengembangan kualitas kader adalah kunci utama
sebuah perubahan skala besar.
Secara nyata kita mengharapkan
akselerasi dari peran kader dalam membangun stabilitas organisasi dan berdampak
pada Negara. Tekanan dan tantangan dalam
menghadapi revolusi industry 4.0 mau tidak mau harus tetap kita hadapi. Sebagai
kader diharapkan mampu memenuhi tantangan tersebut sehingga dari proses
pengkaderan menghasilkan output yang
positif. Salah satunya dengan cara membudidayakan literasi kepada setiap kader.
Mengingat Negara Indonesia merupakan urutan kedua dari bawah dari 61 negara di
dunia.
Penelitian dilakukan
oleh UNESCO menunjukkan bahwa minat membaca di Indonesia tergolong sangat
rendah. Sudah saatnya peran mahasiswa khususnya kader HMI mampu mengendalikan
perubahan degenerasi membaca di masyarakat. Faktor melemahnya literasi di
Indonesia tidak terlepas dari kesenjangan fasilitas yang berada di daerah
terpencil. Daerah tersebut jarang sekali menjangkau buku-buku yang berada di
perkotaan, sehingga hal ini menjadi salah satu faktor lemahnya literasi Negara
kita. Tidak sampai disitu saja untuk meningkatkan budaya literasi dalam suatu
masyarakat memerlukan kebiasaan membaca tentunya. Oleh karena itu, mahasiswa
melihat realita yang belum ideal dapat berperan secara aktif seperti membuat
perpustakaan daerah serta bekerjasama
dengan institusi pemerintahan. Walaupun jika dilihat fenomena sekarang yakni
era digital semua orang kebanyakan menggunakan teknologi canggih di daerah
perkotaan. Akan tetapi hal tersebut bukan menjadi tolak ukur peningkatan budaya
literasi di Indonesia, karena banyak masyarakat memanfaatkan teknologi sekedar
hiburan dan bukan untuk mengakses informasi yang penting.
Harapannya optimisme
kader HMI membuat arahan baru dalam pergerakan organisasi mahasiwa. Dengan
mengambil dampak positif adanya revolusi industry seperti memanfaatkan
teknologi dan informasi yang membuat organisasi HMI menjadi tertata, menarik
dan lebih kreatif untuk membudidayakan literasi. Gerakan mahasiswa seperti aksi
turun ke jalan perlu ditingkatkan lebih banyak lagi. Mahasiswa berperan sebagai
penyambung lidah masyarakat. Oleh sebab itu, dengan semua kader HMI bersatu
dapat memanfaatkan semua peluang yang ada sehingga HMI masih relevan sesuai
dengan perkembangan zaman dan dapat memberikan manfaat yang nyata bagi semua
elemen masyarakat.
Penulis: Deta Novitasari Jayanti, Kader HMI Komisariat Syariah

COMMENTS