Semarang – Dosen Filsafat Universitas Paramadina Joko Arizal mengisi diskusi tentang Revolusi Industri 4.0 di HMI Korkom Walisongo, R...
Semarang – Dosen Filsafat Universitas
Paramadina Joko Arizal mengisi diskusi tentang Revolusi Industri 4.0 di HMI
Korkom Walisongo, Rabu (13/2/19).
HMI Korkom Walisongo kembali adakan agenda
besar, setelah sehari sebelumnya menyelenggarakan Training Jurnalistik dan Great
Lauching Website. Agenda kali ini diisi dengan diskusi bersama Joko Arizal, pemateri yang
beberapa kali menjadi pembicara di forum LK 2 HMI.
Joko merupakan dosen filsafat di Universitas
Paramadina Jakarta. Dia sengaja mengunjungi Sekretariat HMI Korkom Walisongo
Semarang setalah dua hari sebelumnya (11/2) menjadi pemateri di LK 2 HMI Cabang
Bulaksumur, Sleman.
“Boleh nanti kalau temen-temen mau mengajak diskusi
bersama seputar HMI atau keislaman, tapi sebaiknya malam saja,” Ungkapnya
ketika ditemui di pesantren Al Masturiyah Semarang, tempat dia transit.
Diskusi diadakan di Aula Graha Bina Insani dengan mengambil tema Langkah kader HMI dalam menghadapi Revolusi Industri
4.0. Tema tersebut merupakan permintaan dari Tri Adi Nurhadi, Sekertaris
Umum HMI Korkom Walisongo.
“Temanya yang berkaitan dengan Revolusi
Industri 4.0 saja, buat bekal kader berangkat LK 2,” tulisnya dalam sebuah Whatsapp grup, beberapa jam sebelum diskusi berlangsung.
Selama kurang lebih dua jam setengah Joko
menyampaikan materi tentang revolusi industri. Dimulai dari pembahasan
perubahan sosial dan karakteristiknya, serta yang terakhir adalah
langkah-langkah menghadapi industri 4.0. Menurutnya pokok permasalahan di
industri 4.0 berkaitan dengan informasi atau data.
“Di fase ini masyarakat lebih dominan
menggunakan hasratnya daripada nalarnya, maka untuk memenangkan pertarungan
industri 4.0 dibutuhkan modal ekonomi, simbolis, sosial dan budaya dengan
mempertajam kritikal analitis,’’ terangnya
Peserta diskusi sangat antusias memperhatikan
materi yang disampaikan oleh Joko. Hal ini karena materi tersebut sangat jarang
didapatkan di bangku perkuliahan kecuali bagi jurusan-jurusan tertentu, seperti
sosiologi dan ilmu politik. Terlihat dari banyaknya pertanyaan yang muncul dari
peserta diskusi.
‘’Selain empat tadi, saya menambahkan
pentingnya inovasi, bagaimana menurut pemateri?” tanya Ahmad Romadhon Abdillah,
salah seorang pengurus HMI Komisariat FITK.
Pemateri sependapat dengan penanya, namun tetap
yang terpenting adalah kemampuan kritikal analitis dengan didukung data.
‘’Benar, sebab inovasi sendiri lahir dari kritikal analitis, makanya yang
terpenting itu ya kritikal analitis, tentunya yang didukung oleh informasi atau
data,’’ jawabnya.
Diskusi tersebut disudahi pukul 22.30 WIB dan
ditutup dengan kesimpulan oleh moderator Alwi Ahmad Sulthon.
“Gelombang revolusi 4.0 telah datang. Ia tidak
hanya menghadirkan teknologi yang melampaui batas normalitas manusia. Namun, ia
juga mereduksi sekaligus merevisi sesuatu yang telah mapan. Setidaknya ada
empat modal yang harus dimiliki manusia di masa ini, yaitu economic capital,
symbolic capital, sosial capitan, dan cultural dengan dukungan kemampuan
analitic kritical,’’ pungkasnya. (Red.TAN)


COMMENTS